sejarah

Selasa, 23 September 2014

Sejarah Foto Selfie


Fenomena foto ‘selfie’ kini ada dimana-mana, dan banyak dicemooh sebagai simbol narsisme. Namun baru-baru ini, para kritikus seni mencoba berpikir ulang dan menempatkan tren baru ini dalam konteks sejarah seni. Foto ‘selfie’ telah menjadi hal mutlak dalam era yang disebut sebagai narsisme ini, dan tampaknya semua orang melakukannya, bahkan Presiden Barack Obama dan Perdana Menteri David Cameron melakukannya pada saat pemakaman Nelson Mandela.

Tapi apakah foto ‘selfie’ sebuah seni? Menurut para kritikus seni, jawabannya adalah ‘ya’. Banyak karya seni bergambar potret diri yang terkenal, dibuat oleh pelukis legendaris seperti Rembrandt dan Van Gogh, namun kritikus seni, Jerry Saltz, menghubungkan fenomena ‘selfie’ ini dengan aliran seni yang baru.
“Ini seperti karya seni. Ada intensitas tertentu dan kesadaran bahwa kini masyarakat adalah fotografer kehidupan modern,” jelasnya.

Jerry meyakini bahwa fenomena foto ‘selfie’ telah muncul sebagai jenis baru dari genre potret, dan punya pengaruh jangka panjang yang cukup besar.
“Genre adalah isu besar. Saat benar-benar terjadi, maka fenomena itu cenderung bertahan, tak akan pernah hilang,” ungkapnya. Jerry menambahkan, walau sekitar 99% dari foto ‘selfie’ membosankan – orang dengan pose bibir manyun atau mengangkat jari dengan kode metal – mereka terlihat berbeda dari potret diri lain yang ada sebelumnya.

Foto ‘selfie’ memuat adegan sang fotografer yang sedang memegang kamera dengan satu tangan, yang artinya satu lengan lainnya tersembunyi. Ada kedalaman ilusi dalam gambar tersebut, potret hidung menjadi tidak proporsional, dan ada kurva dalam lensa yang mungkin disadari atau tak disadari. Meski demikian, kemunculan fenomena foto ‘selfie’ bukannya tanpa sebab. Pada tahun 1935, seniman Belanda M.C Escher sempat membuat potret dirinya yang diberi judul ‘Tangan dengan bola refleksi’. Karya ini sangat serupa dengan foto ‘selfie’, memuat ciri-ciri yang sama dengan foto ‘selfie’ masa kini.

Sejarawan seni, James Hall, merunut perkembangan potret dari jaman pertengahan atau ‘middle ages’. Kala itu, fenomena foto ‘selfie’ baru muncul.James menggambarkan kegilaan akan cermin pada jaman medieval-dimana banyak orang terobsesi akan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu dan simbol cermin- adalah faktor yang berkontribusi pada kemunculan gambar potret yang luar biasa pada abad ke-12 dan setelahnya. James secara spesifik merujuk pada karya Jan van Eyck di abad ke-15 yang berjudul ‘Potret Arnolfini’.

Kini, foto ‘selfie’ juga memainkan peran sebagai pemantau detil kehidupan, termasuk siklus berita. Jerry mengungkap, ketika ia menyaksikan kehancuran Wall Trade Center (WTC) pada 11 September, ia sempat mengambil foto saat menara WTC yang kedua ambruk, tapi saat itu ia tak berpikir untuk melakukan foto ‘selfie’. Tapi tentu saja, jika itu terjadi sekarang, segalanya akan berubah.
“Di halaman depan New York Post beberapa minggu lalu, ada gambar seorang perempuan yang mengambil foto ‘selfie’ dengan latar aksi bunuh diri. Saya juga melihat beberapa foto ‘selfie’ dari orang-orang yang mengikuti tur ke kamar gas di Auschwitz,” ujar Jerry.

Kritikus New York mengatakan, aliran foto ‘selfie’ ini tak diterima secara luas oleh para kurator, yang melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang ‘bukan level mereka’.“Fenomena ini dibuat oleh seseorang dan dihargai oleh seseorang lainnya, yang pastinya bukan kurator, dan hanya seniman paling berbakat yang saya tahu mulai menaruh perhatian pada fenomena ini. Perubahan fotografi saat ini sungguh fenomenal dan itu semua berawal dari telepon selular anda,” tutur kritikus ini.
Foto ‘selfie’ lebih menyerupai penghargaan terhadap sesuatu yang datang dengan segera, dan pada titik tertentu meninggalkan kesan melankolis yang ada pada fotografi.

“Orang-orang seperti Susan Sontag dan Roland Barthes selalu menulis bahwa fotografi adalah tentang kematian. Saya pikir foro-foto jaman sekarang benar-benar bertema kekinian-sangat berkiblat waktu sekarang-sekarang terjadi pada anda, pada saya, dimana saja, dan pada siapa saja-semuanya pada saat bersamaan,” imbuh Jerry.

1 komentar: