sejarah

Selasa, 23 September 2014

Sejarah kartu kredit

Sejarah kartu kredit bisa kita telusuri dan mudah dipahami. Cikal bakal kemunculannya itu sendiri sudah pernah diramalkan oleh seorang novelis yang sekaligus pengacara bernama bernama Edward Bellamy dari Massachusetts di tahun 1887. Dalam novelnya yang berjudul "Looking Backward", Tuan Bellamy menyebut atau menggunakan istilah "kartu kredit" kurang lebih ada 11 kali. Inilah yang menjadi inspirasi atau pendorong untuk mewujudkan hayalan seperti ini menjadi kenyataan di muka bumi.
Seperti yang pernah dijelaskan di bagian sejarah uang, meski uang dalam bentuk kertas dan logam sudah sangat bagus, tetap saja memiliki beberapa kekurangan yang terkadang sangat merepotkan. Untuk mengatasi berbagai kekurangan seperti itulah diperlukan terobosan-terobosan baru dalam transaksi penggunaan uang. Kita bisa melihat berbagai keunggulan kartu kredit dibandingkan transaksi tunai. Dari sana akan terlihat mengapa kartu kredit bisa berkembang sedemikian rupa dan dinikmati seperti saat ini.

Sejarah Singkat Kartu Kredit

Awal tahun 1900-an di Amerika Serikat, beberapa perusahaan pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan department store sebenarnya sudah memperkenalkan semacam kartu belanja yang bisa dipergunakan oleh langganan mereka. Tetapi kartu ini diterbitkan oleh perusahaan dan fungsinya hanya sebatas sebagai kartu member saja seperti yang sering kita jumpai saat ini. Misalnya kartu member matahari club card, kartu diskon, dsb. Tujuan dibuatkannya kartu-kartu semacam ini agar konsumen menjadi lebih loyal dan ada manajemen yang lebih rapi untuk mengurus data-data konsumen untuk keperluan marketing di masa yang akan datang.
Pada tahun 1946 mulai diperkenalkan ke masyarakat sebuah sistem pembayaran kredit yang diprakarsai oleh institusi perbankan. Adalah seorang bankir bernama John Biggins dari Flatbush National Bank of Brooklyn yang memperkenalkan sistem ini dengan julukan "charge it". Tujuannya adalah untuk memudahkan konsumen (nasabah bank tersebut) bertransaksi dengan toko-toko atau merchant-merchant yang juga menjadi nasabah di bank tersebut. Jadi merchant-merchant harus menyerahkan slip bukti transaksi di mana nanti bank baru akan menagih kepada nasabah yang menggunakan fasilitas "charge-it" ini. Proses ini mengharuskan si nasabah memiliki rekening koran atau dana tabungan di bank tersebut.
Perkembangan berikutnya adalah apa yang disebut dengan Diners Club Card. Bermula di tahun 1949 secara tidak sengaja seorang businessman bernama Frank McNamara ketinggalan dompet setelah acara makan malam di sebuah restoran ternama. Pada saat tagihan datang, dirinya baru sadar bahwa dompetnya tertinggal. Dari kejadian ini Frank McNamara memulai debutnya untuk mencari solusi pengganti uang tunai atau dompet yang sering tertinggal yang mungkin banyak dialami orang lain juga. Tahun 1950, Frank McNamara bersama rekannya Ralph Schneider kembali ke restoran tersebut dengan menggunakan sebuah kartu pembayaran yang unik. Inilah cikal bakal kartu kredit yang kita kenal hingga saat ini. Semuanya bermula dari Diners Club yang saat itu adalah jenis kartu "charge card". 
Kartu "charge" adalah kartu kredit dalam artian konsumen bisa menunda pembayaran pada saat bertransaksi/berbelanja. Tagihan akan ditagih di bulan depan tetapi harus dibayar penuh (full). Sedikit berbeda dengan kartu kredit yang kita kenal sekarang. Namun demikian adalah benar bahwa sejarah kartu kredit berawal dari Diners Club. Karena Diners Club adalah kartu dengan sistem penundaan pembayaran (kredit) pertama buat konsumen. Semua konsumen pemilik Diners Club bisa makan minum di semua restoran tanpa perlu membawa uang tunai atau takut dompetnya tertinggal. Perusahaan Diners Club yang akan membayarnya terlebih dulu kepada toko atau restoran, lalu baru akan ditagih di bulan berikutnya ke si pemilik kartu. Sejak saat itu (1951) penggunaan kartu Diners Club begitu terkenal di Amerika dan pada tahun yang bersamaan ditemukanlah bahan pembuat kartu dengan bahan dasar plastik yang membuatnya semakin mempesona. Sebab waktu dulu kartu masih menggunakan bahan dasar kertas.
Tak mau kalah, tahun 1958 American Express mengeluarkan kartu kreditnya yang kita kenal dengan julukan kartu AMEX (American Express). Pada awalnya jenis kartu kredit ini juga adalah kartu charge sama seperti Diners Club. Menyusul beberapa tahuan kemudian Bank of America (VISA) mengeluarkan kartu kredit mereka juga. Era tahun 1960 merupakan era edukasi manfaat kartu kredit secara besar-besaran buat para pelancong yang sering berpindah-pindah kota di Amerika. Dan pada pertengahan tahun 1970 pemerintah Amerika Serikat melalui kongres menetapkan regulasi kebijakan terhadap penggunaan kartu kredit ini. Aturan main semakin diperjelas agar industri kartu kredit bertumbuh dengan baik sesuai jalurnya. Sejak itulah kartu kredit berkembang sedemikian rupa di Amerika Serikat dan akhirnya menular ke negara-negara di Eropa, Arab, Australia, Asia termasuk ke Indonesia.

Kurang lebih itulah sejarah singkat munculnya kartu kredit hingga kita kenal sekarang. Jadi kartu kredit sudah melewati banyak tahapan dan membutuhkan waktu beradab-abad hingga saat ini. Semua penemuan selalu membutuhkan banyak pengorbanan dan proses, tidak seperti sesederhana yang kita anggap selama ini apalagi mengatakan bahwa kartu kredit adalah hutang. Hutang itu adalah konsep berpikir atau perilaku, bukan sebuah produk. Meski menggunakan uang kontan sekalipun, tidak ada jaminan seseorang tidak akan pernah berhutang.

Sejarah Perang Laut Nusantara





Lebih dari 300 pesawat tempur Mitsubishi A6M2 Zero Fighter dikerahkan dari 6 buah kapal induk Jepang yang berfungsi sebagai Gugus Tugas Air Attack Force,  di bawah pimpinan Vice Admiral Nagumo,  menyerang pangkalan armada AS di Kawasan Pasifik,  Pearl Harbor,  pada tanggal 7 Desember 1941.

Manuver penyerangan Jepang terhadap Pearl Harbor.   Jumlah kapal yang dikerahkan 33,  terdiri dari Gugus Tugas Air Attack Force 6 kapal induk,  Gugus Tugas Kapal Pengawal terdiri dari 9 destroyer dan 1 kapal penjelajah berat,  dan Gugus Tugas Kapal pendukung yang selain terdiri dari Kapal-kapal Bantu / Tanker, juga ada 2 Kapal Tempur,  2 Kapal Penjelajah Berat, 3 Destroyer dan 3 kapal selam.

 HMS.Howe,  Kapal Tempur,  satu tipe dengan HMS.Prince Of Wales yang diserang secara mendadak oleh Jepang di perairan Kuantan,  10 Desember 1941.   HMS. Prince Of Wales rusak berat dan tenggelam,  dan Sir Thom Philip gugur.



Manuver Armada Jepang melalui Laut China Selatan yang dikenal dengan sebutan Manuver Gurita Barat ( Western Octopus ),  Januari - Februari 1942.

Setelah berhasil menguasai Filipina,  Armada Jepang bermanuver dari Davao ke Selatan lewat Selat Makasar dan Laut Maluku,  dikenal sebagai Manuver Gurita Timur ( Estern Octopus ),  Januari-Februari 1942.

Pertempuran di Laut Jawa, tanggal 27 Februari 1942, antara Armada Jepang yang dipimpin oleh Rear Adm.Takeo Kurita melawan Armada Sekutu (ABDA) yang dipimpin oleh Rear Adm.Karel Doorman.   Kekuatan ke dua armada seimbang,  Armada Jepang terdiri dari 17 kapal perang,  dan Armada Sekutu terdiri dari 16 kapal perang.


courtesy of google image


Bulan Februari di Laut Jawa dikenal waktu puncaknya Musim Barat,  angin kencang dan laut berombak besar.  Dan Armada Sekutu sebenarnya sudah tiba lebih dulu di medan tempur,  tapi setelah 2 hari di laut terkena ombak besar mereka kelelahan dan bergerak menuju pangkalan Surabaya untuk istirahat.  Namun begitu tiba di Surabaya pagi hari tanggal 27 Februari,  datang perintah dari Panglima Angkatan Laut Sekutu di Jawa,  Admiral Helfrich,  agar Doorman segera bertolak mencegat Armada Jepang yang sudah mendekati perairan pulau Bawean.  

Dalam pertempuran ini Armada Sekutu mengalami kerugian dan korban yang besar,  12 kapal berhasil ditenggelamkan oleh Jepang dan hanya 4 kapal yang berhasil meloloskan diri.  Rear Adm.Karel Doorman gugur.  Di pihak Armada Jepang,  tidak ada satu pun kapalnya yang tenggelam,  hanya 1 kapal rusak ringan.

Kehancuran Armada Sekutu dalam pertempuran di Laut Jawa merupakan bukti / fakta historis kebenaran dari ajaran Sun Tzu :  pertama,  ' ada 3 hal tindakan Penguasa/Panglima yang bisa menyebabkan kehancuran pasukannya'.  Dan ke dua,  '  di medan tempur terbuka '  jangan menutup jalan lawan.  Ke dua hal tersebut dijelaskan secara gamblang dalam buku '  Sun Tzu And Naval Strategy ',  dengan beberapa contoh fakta historis lainnya.

Pertempuran di Laut Karang ( Coral Sea ),  7 - 8 Mei 1942.  Pertempuran yang paling unik dalam sejarah perang laut.  Dua gugus tugas kapal induk saling berhadapan dan bertempur (  Jepang :  Zuikaku,Shokaku dan Shoho,  AS :  USS.Yorktown dan USS.Lexington ).   Gugus Tugas Kapal Induk Jepang dipimpin oleh Rear Adm.Inouye, Gugus Tugas AS dipimpin oleh Rear Adm. Yack Fletcher.

Pertempuran terjadi dalam cuaca buruk,  dan cuaca " berlaku adil " terhadap kedua pihak yang bertempur,  karena melindungi gugus tugas kedua pihak yang bertempur, dengan hujan yang deras dan mendung tebal sehingga tidak bisa terlihat oleh lawannya, hari pertama dan hari ke dua pertempuran, secara bergantian.

Hasilnya :  kedua pihak masing-masing mengira telah menderita kerusakan berat,  dan masing-masing berusaha " meloloskan diri " dari medan pertempuran untuk menyelamatkan diri.

Adil,  karena kerusakan yang diderita kedua pihak seimbang.   Rear Adm.Inouye dianggap bersalah oleh Adm.Yamamoto,  dan kedudukannya langsung diganti oleh Vice Adm.Mikawa.   Rear Adm.Yack Fletcher di kemudian hari memimpin Gugus Tugas AS di Midway yang membawa AS meraih kemenangan gilang-gemilang,  dan menjadi titik-balik dalam Perang Pasifik.

Pertempuran di Laut Karang merupakan bukti / fakta historis kebenaran dari ajaran Sun Tzu :  "  Jangan bertempur di medan mengepung ".   Apa yang dimaksud dengan ' medan mengepung' dan 4 karakter medan tempur lainnya dijelaskan dalam buku ' Sun Tzu And Naval Strategy '.

Dalam pertempuran ini,  secara taktis Amerika kalah dan Jepang menang.   Namun secara strategis Jepang kalah dan Amerika yang menang,  karena hasil dari pertempuran di Laut Karang menggagalkan rencara manuver Jepang ke Port Moresby,  Papua Nugini,  termasuk rencana membumi-hanguskan dengan serangan udara terhadap empat sasaran di Queenland Australia :  Townville,  Cooktown, Coen dan Thursday.

Setitik Sejarah Israel Kuno

“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Kalimat tersebut mengawali buku pertama dari Alkitab Yahudi (Jewish Bible) berjudulBereshit, yang artinya ‘pada mulanya.’ Kisah penciptaan dunia mengawali awal tradisi Yahudi secara rohani, meski kisah ini bukan awal dari Judaisme sebagai sistem keagamaan. Judaisme sebagai sistem keagamaan yang kita kenal masa kini dapat ditelusuri keberadaannya sejak penghancuran Bait Allah Kedua (Second Temple) oleh Titus pada tahun 70 M, karena sejak saat itulah pemeluk agama ini harus menemukan cara lain untuk beribadah jauh dari tanah kelahiran agama ini, tanpa pusat keagamaan mereka yang telah hancur.
Dalam perjalanan sejarah Judaisme, terdapat berbagai titik sejarah yang patut mendapat perhatian. Awal sejarah panjang Judaisme dapat ditarik dari masa Musa,yang kisahnya beriringan dengan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakkan (exodus). Di masa inilah bangsa yang disebut Israel mendapatkan berbagai dasar keagamaan mereka, di antaranya Sepuluh Perintah Allah dan peribadatan di Kemah Suci (Tabernacle). Selain itu, Allah mereka juga menyatakan diriNya dengan menggunakan namaNya: “Aku adalah Aku”, yang dikenal dengan istilahtetragrammaton. Untuk menegaskan, dalam periode waktu yang sama, sistem religi ini mendapatkan prinsip monoteistiknya, yang dikenal sebagai Shema, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”
Setelah Daud mengonsolidasikan bangsa Israel dalam wujud kerajaan, membangun sebuah tempat ibadah menjadi sangat penting. Salomo, anaknya, mendirikan Bait Allah di kota Yerusalem pada tahun 970 SM, yang menjadi pusat peribadahan agama ini, sampai dihancurkan ketika Israel jatuh ke dalam penaklukkan Babilonia pada tahun 586 SM. Raja Cyrus yang Agung (Koresy) melalui dekritnya kemudian memulangkan bangsa Israel kembali ke tanah kelahirannya untuk mendirikan tempat ibadahnya kembali. Beberapa kelompok orang Yahudi ini kemudian mulai kembali ke tanah kelahirannya pada tahun 538 SM. Pembangunan ini menghasilkan Bait Allah Kedua (Second Temple), yang kemudian diperbesar oleh Raja Herodes Agung. Pada saat ini, bangsa Israel mendapatkan tempat ibadahnya kembali, meski mereka kehilangan salah satu simbol keberadaan Allah: Tabut Perjanjian (Ark of the Covenant).
Ketika perhatian kita dialihkan dengan sebuah periode kosong di antara tulisan Alkitab Yahudi dan Perjanjian Baru (New Testament) Kristiani, ada beberapa tahapan sejarah yang turut mewarnai perkembangan Judaisme: bangkitnya Dinasti Hasmonean (sekitar pertengahan abad kedua Sebelum Masehi) dan kanonisasi Alkitab Yahudi pada bentuknya kini yang dikenal oleh penganut Judaisme melalui sebuah konsili di Jamnia pada tahun 100 M.
Sementara itu, benturan antara kaum Yahudi dengan para penguasa dunia tidak lagi terhindarkan. Setelah surutnya kekuasaan peradaban Yunani dengan wafatnya Aleksander Agung pada tahun 323 SM, bangsa Yahudi dipimpin oleh seorang Siria bernama Antiokhus IV Efifanes pada tahun 175 SM. Meski demikian, pada akhirnya pemerintahan Antiokhus tidak mendapatkan dukungan dari bangsa Yahudi – bahkan justru memicu pemberontakan. Setelah pemberontakan ini mengakhiri masa pemerintahan Antiokhus, sebuah keluarga mendatangi Bait Allah dan menyalakan lampu-lampu peribadatan yang ternyata tidak pernah mati. Bait Allah kemudian dikuduskan kembali, dan kini dirayakan sebagai Festival Cahaya, atau yang dikenal dengan nama Hanukkah. Keluarga inilah yang kemudian mendirikan Dinasti Hasmonean.
Bangsa ini kemudian menjadi bagian dari Imperium Romawi, dan sejarah bangsa Yahudi akan berbenturan dengan lahirnya Kristianitas. Di bawah pemerintahan bangsa Romawi, Herodes Agung (memerintah 37 SM-4 SM) mengonsolidasikan wilayahnya, memperbesar Bait Allah (sehingga dikenal sebagai Herod’s Temple), dan menciptakan perdamaian di tanah Judea. Walau demikian, tidak semua orang dapat menerima pemerintahan Romawi di tanah mereka, sehingga melahirkan banyak pemberontakan. Bangsa Romawi menekan pemberontakan-pemberontakan yang ada dengan cara yang sangat keras, yang mencapai puncaknya ketika Bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M, yang sekaligus menandai dimulainya Diaspora Yahudi.
Baru setelah terjadinya Diaspora muncul upaya untuk menyatukan hukum dan standar hidup bagi penganut Judaisme. Meskipun Bait Allah sudah tidak ada, semua penganutnya tetap menjalankan ibadah dan mengingat akan pusat keagamaan mereka. Baru pada tahun 200 M, kepala komunitas Judaisme di tanah Israel, Rabbi Yehuda Hanassi, mengumpulkan seluruh hukum keagamaan Yahudi dalam satu dokumen bernama Mishnah. Mishnah kemudian dilengkapi pada tahun 300 M oleh sebuah buku pembahasan Mishnah yang bernama Gemara. Gabungan kedua buku ini kemudian dikenal dengan nama Talmud, dan menjadi fondasi hidup penganut Judaisme hingga kini.

Sejarah Yoga



Ada banyak cara orang untuk mendapatkan manfaat bagi kebugaran fisiknya. Fisik yang sehat, segar, peredaran darah berjalan baik, asupan gizi sampai pada sel-sel yang membutuhkan dan dipadu dengan ketenangan jiwa, berpikir rileks dan dalam bauran positif thinking, akan dapat membuat kehidupan lebih berkualitas. Salah satu cara yang dapat dipilih adalah dengan mengikuti yoga.
Yoga sudah dikenal lama di Indonesia dan dibelahan bumi lainnya, bagaimana sebenarnya sejarah yoga tersebut?

Yoga berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti penyatuan yaitu menyatukan diri dengan alam dan menyatukan diri dengan Yang Maha Pencipta. Merupakan aktivitas meditasi atau tapa yang dilakukan dengan mengontrol seluruh panca inderanya (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit) dari pemusatan pikiran yang dilakukan.

Maharsi Patanjali adalah orang yang berperan dalam mengajar yoga. Menurut Maharsi Ptanjali, yoga memiliki arti sebagai penghentian gerak pikiran. Yogi adalah sebutan untuk pria yang melakukan yoga sedangkan yogin sebutan untuk wanita yang melakukan yoga. Sastra yoga sutra adalah hasil karya dari Maharsi Patanjali yang mengandung 194 sutra serta dibagi menjadi empat bagian. Bagian tersebut adalah Samadhipada, Sadhanapada, Vibhutipada dan Kailvalyapada. Maharsi Patanjali berpendapat bahwa dengan kerja keras (Karma Yoga) dan meditasi yang dilakukan dengan tekun (Jnana Yoga) akan dapat memberi manfaat bagi manusia yatiu membantu membuat manusia lebih lega dari penderitaan serta membantu menuju pembebasan.

Yoga sendiri cukup tua umurnya. Hal ini dapat diketahui dari ditemukannya artefak kuno pada era Shamanisme, sekitar 3.000 SM. Pada era itu, yoga digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit yang menjangkiti kelompok mereka.

Dikenalnya yoga ke dunia barat merupakan hasil kerja keras dari Doktor Swami Sivanda yang merupakan keturunan India. Hal ini dimulai pada tahun 1970-an. Setelah sekian lama yoga kurang dikenal secara luas. Cara memperkenalkan yoga dengan membuat buku tentang yoga yang berjumlah sekitar 200 buku. Doktor Swami Sivanda juga mendirikan sekolah yoga di Amerika dan Eropa.
Doktor Swami Sivanda mengembangkan prinsip dasar yoga dengan lebih sederhana yaitu sivasana yang merupakan metode relaksasi, asanas adalah olah tubuh, pranayama yang merupakan olah nafas, vegetar yang merupakan pembersihan tubuh dengan mengonsumsi sayuran dimana hal ini merupakan program diet serta dhyana adalah meditasi dan berpikir positif.

Disamping mendapatkan manfaat secara fisik, yoga juga membantu mendapatkan ketenangan jiwa apalagi kondisi sekarang yang banyak bermunculan penyakit yang menyerang usia produkstif dimana pada beberapa dekade, penyakit tersebut menyerang usia lanjut. Hal ini tentunya dipacu gaya hidup, stress dan pola pikir yang negatif serta jauh dari positif thinking.

sumber: http://www.informasiyoga.com/sejarah-yoga/

Sejarah Masuknya Kopi di Indonesia





Kopi mulai terkenal di Indonesia semanjak tahun 1696 ketika Walikota Asterdam, Nicholas Witsen memerintahkan komandan pasukan Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi ke Batavia. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah pertikelir Kedaung yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten dan Priangan, hingga kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, Bali dan Timor.


Tak lama setelah itu, kopi menjadi komoditi dagang yang sangat diandalkan VOC. Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dan dalam tempo 10 tahun ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Karenanya, Hindia Belanda menjadi tempat perkebunan pertama di luar Arabia dan Ethiopia yang membuat VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780.
Untuk mendukung produksi kopi, VOC membuat perjanjian berat sebelah dengan penguasa setempat di mana para pribumi diwajibkan menanam kopi yang harus diserahkan ke VOC. Perjanjian ini disebut Koffiestelsel (sistem kopi). Berkat sistem ini pula biji kopi berkualitas tinggi dari tanah jawa bisa membanjiri Eropa. Kopi Jawa saat itu begitu terkenak di Eropa sehingga orang-orang Eropa menyebutnya bukan secangkir kopi, melainkan secangkir jawa. Sampai pertengahan abad ke-19 kopi jawa adalah yang terbaik di dunia.

Sistem perdagangan kopi terus berlangsung meskipun kemudian VOC dibubarkan dan Hindia Belanda diperintah oleh perintah Belanda. Ketika Hermann Willem Daendels (1762-1818) memerintah, ia membangun jalan dari ujung bawat jawa sampai ujung timur yakni Anyer-Panarukan. Tujuannya untuk memudahkan transportasi prajurit Belanda dan surat-menyurat di tanah Jawa. Alasan lainnya, tentu saja untuk mempercepat biji kopi dari ujung timur Pulau Jawa mencapai pelabuhan di Batavia, dan selanjutnya dikapalkan ke Belanda untuk dijual ke Eropa.
Penderitaan akibat koffiestelsel kemudian berlanjut dengan cultuurstelsel alias sistem tanam paksa. Melalui sistem tanam paksa yang diciptakan Johannes van den Bosch (1780-1844) ini, rakyat diwajibkan untuk menanam komoditi ekspor milik pemerintah, termasuk kopi pada seperlima luas tanah yang digarap, atau bekerja selama 66 hari di perkebunan-perkebunan milik pemerintah. Akibatnya, terjadi kelaparan di tanah Jawa dan Sumatera pada tahun 1840-an. Namun, berkat cultuurstelsel itu Jawa menjadi pemasok biji kopi terbesar di Eropa. Di antara tahun 1830-1834 produksi kopi arabika di Jawa mencapai 26.600 ton, selang 30 tahun kemudian produksi kopi tadi meningkat menjadi 79.600 ton.

Produksi kopi Jawa mencapai titik puncaknya di abad ke-19 yang pada tahun 1880-1884 mencapai 94.400 ton. Saat itu, kopi memainkan peranan yang jauh lebih penting dibandingkan dengan gula tebu. Kalau nilai ekspor kopi rata-rata antara tahun 1865-1970 mencapai 25.965.000 gulden, maka dalam periode yang sama nilai ekspor rata-rata gula tebu hanyalah mencapai 8.416.000 gulden.
Kejatuhan kopi jawa dimulai ketika serangan penyakit kopi melanda pada tahun 1878. Setiap perkebunan di seluruh Nusantara terkena hama penyakit kopi yang disebabkan oleh Hemileia Vasatrix. Penyakit ini membunuh semua tanaman arabika yang tumbuh di dataran rendah. Kopi arabika yang tersisa hanyalah yang tumbuh di lahan setinggi dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Pudarnya kejayaan kopi jawa ini kemudian diisi oleh kopi arabika asal Brasil dan Kolombia yang terus merajai hingga sekarang. Meskipun demikian, sisa tanaman kopi arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut), serta dataran tinggi Gayo (Aceh).

Untuk menyikapi serangan hama ganas tersebut, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika yang lebih tahan hama. Sayangnya, varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Lantas kopi Robusta mulai diperkenalkan di Indonesia di awal 1900-an untuk menggantikan kopi liberika dan arabika yang hancur lantaran hama. Kopi Robusta yang lebih tahan terhadap hama dianggap sebagai alternatif yang tepat terutama untuk perkebunan kopi di daerah dataran rendah. Saat ini, produksi kopi di Indonesia menempati peringkat keempat terbesar di Dunia.

Sejarah Asal Usul Tarian Balet

Sejarah Asal Usul Tarian Balet


Berikut ini merupakan sejarah asal usul tarian Balet yang terkenal itu, yaitu:

1. Tarian Balet berasal dari Italia. Tapi pada akhirnya Tarian Balet lebih terkenal di Perancis. Perancis inilah yang kemudian membesarkan nama Balet , hingga terkenal di seluruh dunia.

2. Tarian Balet muncul pertama kali di Italia pada abad pertengahan.

3. Tokoh yang pertama kali memperkenalkan Tarian Balet  adalah Domenico da Piacenza , dengan istilah "Ballo". Istilah ini ditemukan pada De Arte Saltandi et Choreas Ducendi. Sementara itu, karya awalnya disebut sebagai Balli atau Balleti. Sebutan inilah yang berkembang menjadi kata Ballet.

4. Dari Italia, balet lama - kelamaan terkenal sampai ke negara Perancis. Raja Louis XIV merupakan tokoh yang mendukung perkembangan Tarian Balet di Perancis. Hal ini bisa dilihat dari pendirian Academie Royale de Danse di tahun 1661.

5. Peran Tarian Balet makin mendapatkan tempat di salah satu jenis drama , berkat peran Jean Georges Noverre dengan karya nya yang berjudul Lettres Suur la Danse et Les Ballets pada tahun 1760.

6. Pada Abad ke -19, peran penari balet wanita semakin besar di panggung, sehingga Balet mulai dikenal di negara lain seperti Inggris, Jerman dan Rusia.

7. Popularitas Tarian Balet sempat surut akibat perang Dunia I dan II.

8. Bangsa Indonesia mulai mengenal balet dari bangsa Belanda pada masa penjajahan, atau sekitar abad ke -20.

9. kala itu, perkembangan Tarian Balet di Indonesia sangat lamban, karena identik dengan tarian bangsa kolonial.

10. Awalnya, penari balet banyak yang menggunakan pakaian khas abad pertengahan, dengan korset dan sepatu. Namun kini, sepatu dan korset tidak dipakai lagi, dan rambut palsu dan tata rias yang berlebihan tidak digunakan lagi.

11. Kini, para penari balet banyak menggunakan rok tutu ( untuk wanita ), stocking, pakaian yang elastis, dan sepatu khusus untuk balet yang disebut dengan pointe shoes ( untuk wanita ) dan soft shoes ( untuk penari laki-laki ).

12. Ada 3 aliran balet di Indonesia, yaitu:

- Royal Academy of Dance : gaya teknik balet yang menjadi basis pendidikan organisasi Royal Academy of Dance ( RAD) merupakan gaya balet dari Inggris.

- Vaganova : akademi yang dididrikan oleh Agrippina Vaganova ini berlokasi di Saint Petersburg, Rusia.

-Australian Teacher of Dance
- organisasi  ini tergolong barum namun banyak menyedot perhatian dunia.

diambil dari : http://klub-berita.blogspot.com/2013/10/sejarah-asal-usul-tarian-balet.html

Sejarah Lukisan Abstrak


Secara historis, seni lukisan abstrak sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan abstrakatau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.

Pada mulanya, perkembangan seni lukis(cth : abstract painting) sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukisan. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (lukisan dalam bentuk rupa) untuk ***langkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan seperti yang di galeri lukisan atau galeri lukisan abstrak. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar (di galeri lukisan atau galeri lukisan abstrak)dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.

Sejarah Foto Selfie


Fenomena foto ‘selfie’ kini ada dimana-mana, dan banyak dicemooh sebagai simbol narsisme. Namun baru-baru ini, para kritikus seni mencoba berpikir ulang dan menempatkan tren baru ini dalam konteks sejarah seni. Foto ‘selfie’ telah menjadi hal mutlak dalam era yang disebut sebagai narsisme ini, dan tampaknya semua orang melakukannya, bahkan Presiden Barack Obama dan Perdana Menteri David Cameron melakukannya pada saat pemakaman Nelson Mandela.

Tapi apakah foto ‘selfie’ sebuah seni? Menurut para kritikus seni, jawabannya adalah ‘ya’. Banyak karya seni bergambar potret diri yang terkenal, dibuat oleh pelukis legendaris seperti Rembrandt dan Van Gogh, namun kritikus seni, Jerry Saltz, menghubungkan fenomena ‘selfie’ ini dengan aliran seni yang baru.
“Ini seperti karya seni. Ada intensitas tertentu dan kesadaran bahwa kini masyarakat adalah fotografer kehidupan modern,” jelasnya.

Jerry meyakini bahwa fenomena foto ‘selfie’ telah muncul sebagai jenis baru dari genre potret, dan punya pengaruh jangka panjang yang cukup besar.
“Genre adalah isu besar. Saat benar-benar terjadi, maka fenomena itu cenderung bertahan, tak akan pernah hilang,” ungkapnya. Jerry menambahkan, walau sekitar 99% dari foto ‘selfie’ membosankan – orang dengan pose bibir manyun atau mengangkat jari dengan kode metal – mereka terlihat berbeda dari potret diri lain yang ada sebelumnya.

Foto ‘selfie’ memuat adegan sang fotografer yang sedang memegang kamera dengan satu tangan, yang artinya satu lengan lainnya tersembunyi. Ada kedalaman ilusi dalam gambar tersebut, potret hidung menjadi tidak proporsional, dan ada kurva dalam lensa yang mungkin disadari atau tak disadari. Meski demikian, kemunculan fenomena foto ‘selfie’ bukannya tanpa sebab. Pada tahun 1935, seniman Belanda M.C Escher sempat membuat potret dirinya yang diberi judul ‘Tangan dengan bola refleksi’. Karya ini sangat serupa dengan foto ‘selfie’, memuat ciri-ciri yang sama dengan foto ‘selfie’ masa kini.

Sejarawan seni, James Hall, merunut perkembangan potret dari jaman pertengahan atau ‘middle ages’. Kala itu, fenomena foto ‘selfie’ baru muncul.James menggambarkan kegilaan akan cermin pada jaman medieval-dimana banyak orang terobsesi akan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu dan simbol cermin- adalah faktor yang berkontribusi pada kemunculan gambar potret yang luar biasa pada abad ke-12 dan setelahnya. James secara spesifik merujuk pada karya Jan van Eyck di abad ke-15 yang berjudul ‘Potret Arnolfini’.

Kini, foto ‘selfie’ juga memainkan peran sebagai pemantau detil kehidupan, termasuk siklus berita. Jerry mengungkap, ketika ia menyaksikan kehancuran Wall Trade Center (WTC) pada 11 September, ia sempat mengambil foto saat menara WTC yang kedua ambruk, tapi saat itu ia tak berpikir untuk melakukan foto ‘selfie’. Tapi tentu saja, jika itu terjadi sekarang, segalanya akan berubah.
“Di halaman depan New York Post beberapa minggu lalu, ada gambar seorang perempuan yang mengambil foto ‘selfie’ dengan latar aksi bunuh diri. Saya juga melihat beberapa foto ‘selfie’ dari orang-orang yang mengikuti tur ke kamar gas di Auschwitz,” ujar Jerry.

Kritikus New York mengatakan, aliran foto ‘selfie’ ini tak diterima secara luas oleh para kurator, yang melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang ‘bukan level mereka’.“Fenomena ini dibuat oleh seseorang dan dihargai oleh seseorang lainnya, yang pastinya bukan kurator, dan hanya seniman paling berbakat yang saya tahu mulai menaruh perhatian pada fenomena ini. Perubahan fotografi saat ini sungguh fenomenal dan itu semua berawal dari telepon selular anda,” tutur kritikus ini.
Foto ‘selfie’ lebih menyerupai penghargaan terhadap sesuatu yang datang dengan segera, dan pada titik tertentu meninggalkan kesan melankolis yang ada pada fotografi.

“Orang-orang seperti Susan Sontag dan Roland Barthes selalu menulis bahwa fotografi adalah tentang kematian. Saya pikir foro-foto jaman sekarang benar-benar bertema kekinian-sangat berkiblat waktu sekarang-sekarang terjadi pada anda, pada saya, dimana saja, dan pada siapa saja-semuanya pada saat bersamaan,” imbuh Jerry.

Bahasa Mandarin Asal Usul

Bahasa Tionghoa (汉语/漢語华语/華語, atau 中文pinyin: hànyǔ, huáyǔ, atau zhōngwén) adalah bagian dari rumpun bahasa Sino-Tibet. Meskipun kebanyakan orang Tionghoa menganggap berbagai varian bahasa Tionghoa lisan sebagai satu bahasa, variasi dalam bahasa-bahasa lisan tersebut sebanding dengan variasi-variasi yang ada dalam misalkan bahasa Roman; bahasa tertulisnya juga telah berubah bentuk seiring dengan perjalanan waktu, meski lebih lambat dibandingkan dengan bentuk lisannya, dan oleh sebab itu mampu melebihi variasi-variasi dalam bentuk lisannya.

 
Sekitar 1/5 penduduk dunia menggunakan salah satu bentuk bahasa Tionghoa sebagai penutur asli, maka jika dianggap satu bahasa, bahasa Tionghoa merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di dunia. Bahasa Tionghoa (dituturkan dalam bentuk standarnya,Mandarin) adalah bahasa resmi Cina dan Taiwan, salah satu dari empat bahasa resmiSingapura, dan salah satu dari enam bahasa resmi PBB.
Istilah dan konsep yang digunakan orang Tionghoa untuk berpikir tentang bahasa berbeda dengan yang digunakan orang-orang Barat; ini disebabkan oleh efek pemersatu aksara Tionghoa yang digunakan untuk menulis dan juga oleh perbedaan dalam perkembangan politik dan sosial Cina dibandingkan dengan Eropa. Cina berhasil menjaga persatuan budaya dan politik pada waktu yang bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Romawi, masa di mana Eropa terpecah menjadi negara-negara kecil yang perbedaannya ditentukan oleh bahasa.
Sebuah perbedaan utama antara konsep Cina mengenai bahasa dan konsep Barat akan bahasa, ialah bahwa orang-orang Cina sangat membedakan bahasa tertulis (wen) dan bahasa lisan (yu).Pembedaan ini diperluas sampai menjadi pembedaan antara kata tertulis (zi) dan kata yang diucapkan (hua). Sebuah konsep untuk sebuah bahasa baku yang berbeda dan mempersatukan bahasa lisan dengan bahasa tertulis ini dalam bahasa Tionghoa tidaklah terlalu menonjol. Ada beberapa varian bahasa Tionghoa lisan, di mana bahasa Mandarin adalah yang paling penting dan menonjol. Tetapi di sisi lain, hanya ada satu bahasa tertulis saja. (Lihat paragraf di bawah ini).
Bentuk karakter cetak kuno dari zhongwen.
Bahasa Tionghoa lisan adalah semacam bahasa intonasi yang berhubungan dengan bahasa Tibet dan bahasa Myanmar, tetapi secara genetis tidak berhubungan dengan bahasa-bahasatetangga seperti bahasa Koreabahasa Vietnambahasa Thai dan bahasa Jepang. Meskipun begitu, bahasa-bahasa tersebut mendapat pengaruh yang besar dari bahasa Tionghoa dalam proses sejarah, secara linguistik maupun ekstralinguistik. Bahasa Korea dan bahasa Jepangsama-sama mempunyai sistem penulisan yang menggunakan aksara Tionghoa, yang masing-masing dipanggil Hanja dan Kanji. Di Korea UtaraHanja sudah tidak lagi digunakan danHangul ialah satu-satunya cara untuk menampilkan bahasanya sementara di Korea SelatanHanja masih digunakan. Bahasa Vietnam juga mempunyai banyak kata-kata pinjam dari bahasa Tionghoa dan pada masa dahulu menggunakan aksara Tionghoa.